• gb3
  • Guru perempuan
  • Guru laki
  • New year 2025
  • Natal 24
  • New year 2025

Om Swastiastu! Selamat Datang di Website SMP NEGERI 2 GEROKGAK. Terimakasih atas kunjungannya!

Pencarian

Kontak Kami


SMP NEGERI 2 GEROKGAK

NPSN : 50100328

Jl.Seririt - Gilimanuk Desa Sumberkima Kec.Gerokgak Kab.Buleleng


[email protected]

TLP : 03623361244


          

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 65176
Pengunjung : 32807
Hari ini : 36
Hits hari ini : 79
Member Online : 0
IP : 216.73.216.106
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla

Galungan dan Kuningan:Merajut Kemenangan Dharma dalam Tradisi Hindu Bali




Oleh Ni Kadek Trisna Dewi (Kelas : 8D1)

Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari besar yang sangat berarti bagi umat Hindu di Bali, dirayakan setiap enam bulan sekali pada Rabu Kliwon, Wuku Dungulan. Perayaan ini memiliki makna yang mendalam, yaitu memperingati kemenangan Dewa Indra atas Mayadenawa, sebuah simbol dari kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Tradisi ini menjadi pengingat bagi umat Hindu tentang pentingnya menegakkan dharma dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perayaan Galungan, masyarakat Hindu di Bali menghaturkan sesajen berupa canang, dupa, banten, dan lain-lain sebagai wujud bakti mereka. Salah satu elemen yang paling khas dari Galungan adalah penjor, yaitu bambu yang dihiasi dengan berbagai ornamen dan simbol yang melambangkan Pertiwi, dewi bumi yang memberikan kehidupan dan keselamatan kepada umat manusia.

Setelah Galungan, umat Hindu melanjutkan dengan perayaan Hari Raya Kuningan, yang jatuh pada Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan, sepuluh hari setelah Galungan. Kuningan adalah waktu yang istimewa untuk mengenang kebesaran Sang Hyang Widhi dan menghormati leluhur. Pada hari ini, umat Hindu melakukan persembahyangan dengan menghaturkan sesajen seperti canang burat wangi dan menyiapkan tumpeng nasi kuning dengan lauk bebek atau ayam sebagai bagian dari tradisi.

Hari Raya Kuningan juga ditandai dengan ritual Pegat Wakan, yang berlangsung sebulan setelah Galungan. Pada saat ini, umat Hindu mencabut penjor yang telah dipasang sebelum Penampahan Galungan, sebagai penutup rangkaian perayaan.

Menurut Bapak Putu Sastrawan,SE Selalu Guru mata Pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial di SMP Negeri 2 Gerokgak (Galungan berasal dari kata “galung” yang berarti menang, sejalan dengan perayaan “Wijaya Dasami” di India, yang juga merayakan kemenangan dharma atas adharma). Beliau menekankan bahwa makna Galungan bagi umat Hindu di Bali adalah untuk selalu mengingatkan diri sendiri agar senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi kegelapan serta kejahatan.

Sementara itu, Bapak I Made Adi Saputra, S.Pd.H, Guru agama Hindu di SMP Negeri 2 Gerokgak menjelaskan bahwa Hari Raya Kuningan di Bali dilaksanakan pada Sabtu Tumpek Kuningan, setelah Galungan. Persembahyangan dilakukan di rumah masing-masing atau di merajan, dan sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari, karena diyakini bahwa pada saat itu para leluhur dan dewa kembali ke kahyangan. Meskipun perayaan di Gerokgak dan Karangasem serupa, perbedaan dalam tradisi dapat terlihat pada perayaan Pagerwesi, yang berbeda antara daerah Buleleng dan Gerokgak.

Melalui perayaan Galungan dan Kuningan, umat Hindu di Bali tidak hanya melaksanakan ritual keagamaan, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai spiritual yang mendalam, memperkuat hubungan dengan leluhur, dan menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas