Sampah, Alangkah Indahmu

by trisnaws
Sampah biasanya hanya dipandang sebelah mata. Ibarat tebu, habis manis sepah dibuang. Sampah adalah limbah yang selalu dihasilkan dalam rumah tangga termasuk rumah tangga sekolah. Sampah bagai kotoran yang selalu dihasilkan manusia. Namun kotoran manusia diperlakukan istimewa sampai ada toilet dari yang sederhana sampai berkelas ala hotel bintang lima. Sampah adalah sama. Tapi mengapa perlakuan berbeda?
Sampah sekolah salah satunya. Perlakuan yang umum adalah sampah dibakar, paling istimewa hanya ditimbun. selesai. Padahal sampah setiap hari dihasilkan sekolah. Akibatnya perlakuan yang kurang sampahwi (he..bukan manusiawi ya), sampah sekolah menjadi masalah serius. Kalau dibakar akan menyebabkan ketidaknyamanan semesta. Asap pembakaran menyeruak merangseg di celah-celah bangku kursi yang diatasnya duduk manis para siswa. Siswa yang masih hidup tentu menghirup aroma bakaran sate plastik. Beracun? tentunya. Jika ditimbun, ya ampun. Gak nutut waktu. Manual transmisi tentu kewalahan. Paling tidak ya otomatis ala pengeruk bego. Meski namanya bego tapi kerja cukup gas, anda pasti puas.Lahan yang digali akan meluas. Mampukah sekolah sediakan lahan yang luas?
Kalau begitu, sekolah harus putar otak nih. Bagaimana pengelolaan sampah yang manis batu? (hah...batu kok manis?) He...maksudnya pengelolaan yang tepat guna Bro! Yuk, kita lihat rujukan berikut.
Sampah yang dikelola berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 terdiri atas sampah rumah tangga (berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja, dan sampah spesifik), sampah sejenis sampah rumah tangga (berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya), dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik)(https://www.djkn.kemenkeu.go.id)
Sampah sekolah masuk sampah rumah tangga bukan sampah spesifik. Dengan demikian sekolah punya wewenang untuk mengencani. Jadikan sampah bagai gadis desa yang seksi namun perlu polesan. Pasti ciamik, berkelas. So..sweat!!!
Pemberlakuan Kurikulum Merdeka adalah momen yang pas untuk menuntaskan persoalan sampah sampai keakar-akarnya. Libat habis dengan maksimal. Peran sekolah sangat menentukan pengelolaan sampah sekolah ini. Caranya, antara lain:
- Pengurangan sampah dan penanganan sampah,
- Pengurangan sampah yang meliputi pembatasan timbulan sampah,
- pendauran ulang sampah, dan
- pemanfaatan kembali sampah.
Niscaya, bila sekolah bisa mengelola sampah ini dengan suippp, pasti hebat. Bukankah karakter penghuni rumah tangga bisa dilihat dari kebersihan kamar mandinya? (he...hanya bisa berteori nih). Tapi inilah PR buat kita semua.Semoga bisa JOS, GAS POL. AYO, SEKOLAH PASTI BISA!!! Yang pada akhirnya menjadikan "SAMPAH ALANGKAH INDAHMU!" Apalagi menjadi pundi-pundi rupiah.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Beberapa Karya Siswa dalam Tugas Membuat Artikel
- Ikrar Kebangsaan untuk Persatuan Indonesia
- Galungan dan Kuningan:Merajut Kemenangan Dharma dalam Tradisi Hindu Bali
- Pelatihan Kader Pedul (Peduli Lingkungan)
- PMM; PadaMu Muah!
Kembali ke Atas